Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Positive Interdependence Pada Siswa (Studi Kasus Kelas IX C Semester Genap Tahun Pelajaran 2015 / 2016)
Sari
Pelaksanaan pendidikan karakter yang diemban satuan pendidikan tidak akan membuahkan hasil positif bila pelaksanaan pembelajaran masih menggunakan cara – cara tradosional atau konvensional. Namun, guru dengan berbekal keterampilan dan kaya akan inovasi – inovasi akan menghasilkan lulusan yang tidak hanya pandai tapi juga memiliki karakter dan budi pekerta yang berkualitas. Selama ini banyak pembelajaran yang berpusat pada guru ternyata kurang memberikan manfaat besar kepada murid untuk dapat lebih berpikir kreatif. Dengan guru sebagai pusat pembelajaran maka hanya mendidik anak untuk menerima pembelajaran, bila mulai sekarang perlu dikembangkan dengan diubah menjadikan siswa juga sebagai pusat dalam pembelajaran, sehihngga siswa akan merasa tertantang untuk mencari sumber ilmu yang bisa menambah luasnya wawasan siswa. Pada hasil penelitian dengan responden siswa Kelas IX C Semester Genap Tahun Pelajaran 2015 / 2016” diperoleh hasil sebagai berikut yaitu bahwa sebelum dilakukan tindakan siklus pertama dan kedua kompetensi dasar “Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia “ mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada SMP Negeri 2 Kedungjati siswa kelas IX C Semester genap tahun pelajaran 2015 / 2016 prestsi siswa belum memuaskan. Setelah dilakukan tindakan kelas dengan metode kerja kelompok dengan model Positive Interdependence prestasi siswa kompeetensi “ Pelaksanaan Demokrasi di Berbagai kehidupan ” mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meningkat secara signifikan. Pencapaian prestasi pada kondisi awal melalui pretes nalai rata – rata siswa hanya mampu metaih 54,65 kategori kurang serta masih jauh di bawah kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IX SMP N 2 Kedungjati. Sedangkan hasil pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran yang meliputi lima aspek pada siklus pertama adalah aspek kerjasama mencapai nilai 62 sedangkan pada pelaksanaan siklus kedua mencapai 82, aspek disiplin pada siklus pertama 64 sedangkan pada siklus kedua memperoleh nilai 78,75. pada aspek tanggung jawab dari 64,75 menajdi 82 pada siklus kedua, sedangkan pada siklus kedua aspek menghargai mencapai 86,5 sedangkan siklus pertama memperoleh 66. Sedangkan aspek tanggapan dari 80 pada siklus pertama menjadi 97,5 pada siklus kedua, meningkat secara signifikan. Metode kerja kelompok ( kooperatif ) dengan model Positive Interdependence memilki peranan yang cukup baik dalam upaya meningkatkan prestasi siswa dan minat belajar siswa
Kata Kunci : Prestasi Belajar, Pembelajaran, Model Positive InterdependenceTeks Lengkap:
PDFRefbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.